Senin, 03 Desember 2012

Oi Kota Sukabumi Pray For Gaza

Minggu, 02 Desember 2012

ORMAS Oi Kota Sukabumi Peduli Gaza

BPK Oi Kota Sukabumi / (badan pengurus kota) mengadakan acara penggalangan dana untuk kemanusiaan ‘Oi Peduli Gaza’, Minggu 2 Desember 2012 di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. Aksi ini dilakukan oleh ORMAS Oi Kota Sukabumi dengan cara meminta sumbangan lewat lagu-lagu Iwan Fals yang dinyanyikan oleh anak-anak Oi, dan sekaligus meminta-minta sumbangan sekeliling lapangan merdeka kota sukabumi. Anggota Oi pun membagikan sticker logo Oi kepada para pengunjung yang bertuliskan ‘Oi Sukabumi Pray For Gaza’ sekaligus meminta sumbangan pada setiap pengunjung yang berada dan melintas dikawasan lapang merdeka sukabumi. Panitia Oi juga menyodorkan kotak kardus untuk menampung sumbangan dari para pengunjung. Dan acara ini juga didatangi oleh beberapa wartawan media televisi maupun media cetak. Aksi ini mendapat simpati dari sejumlah besar pengunjung maupun para pedagang, baik pengunjung pejalan kaki maupun yang berkendaraan, serta memberikan sumbangan berupa uang kepada ORMAS Oi ini. Dan acara ini juga dihadiri oleh beberapa komunitas-komunitas sukabumi dari mulai komunitas KPJ (kelompok penyanyi jalanan), Passer DLL. Mari kita doakan bersama semoga keadaan di Palestina bisa membaik dan mari saling bantu cari jalan buat membantu mereka. Terutama pendidikan, karena pendidikan merupakan cara untuk membebaskan Tanah Air dan mencapai kehidupan yang bermartabat bagi rakyat Palestina. Ada 50 sekolah di Jalur Gaza rusak akibat serangan Zionis selama delapan hari kemarin, kerugian di sektor pendidikan ini diperkirakan mencapai US$4 juta ujar Menteri Pendidikan Gaza, Osama Muzaini. Belum lagi di tambah kerusakan infrastruktur lainya. Kalau tidak ada upaya intensif untuk menanggulangi ini semua tentu perekonmian Gaza bisa terganggu. Kalau merasa saudara , satu badan / satu tubuh, maka harusnya kita semua ini sedih dan berduka dengan peristiwa yang menimpa Gaza. Tapi karena kecintaan terhadap agama aja kurang, rasa bersaudara juga sudah menipis, maka sepertinya sulit merasakan Gaza yang terkoyak koyak. Sekali lagi terimaksih buat teman teman yang sudah aksi untuk membantu Palestina. Bagi yang belum lekaslah bergerak, buah dari kebaikan hasilnya adalah kebaikan. By : Boam Serdadu Fals Sukabumi.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Tanam Siram

Tanam Siram Slabintana Sukabumi

MENPORA 2012

kalender 2013

Kalender Oi 2013

Donor Darah

Kegiatan Donor Darah Ormas Oi Kota Sukabumi

Konser Iwan Fals Di Kota Sukabumi

Perjalanan Spiritual Iwan Fals & Ki Ageng Ganjur Kodim Sukabumi

Foto-Foto Kegiatan Oi Kota Sukabumi

Kegiatan Pelantikan Anggota Oi Kota Sukabumi

Sabtu, 29 September 2012

Oi Serdadu Sukabumi

Jumat, 28 September 2012

Oi Solo Nonton Bareng Film "Kekasih"

[BERITA|KABAR Oi] Penasaran melihat akting penyanyi idolanya tampil main film lagi, sekitar 40-an anggota Oi (organisasi penggemar Iwan Fals) dari Solo, Palur, Tawangmangu, Kartasura dan Sukoharjo pada Senin (7/4) mengadakan acara nonton bareng film Kekasih yang dibintangi oleh Virgiawan Listanto alias Iwan Fals di Grand 21, Solo Grand Mal. Wajar saja kalau para anggota Oi di Solo dan sekitarnya tersebut penasaran, karena sebelum main film Kekasih, Iwan Fals juga pernah main film Kantata Takwa (1990-an) yang tidak sempat beredar di bioskop-bioskop dan film Damai Kami Sepanjang Hari pada tahun 1985. Menurut Agus Bento, Koordinator Oi Nonton Bareng ”Kekasih”, rencana semula Oi Nonton Bareng “Kekasih” tersebut disesuaikan dengan hari pertama pemutaran Kekasih di bioskop yaitu Kamis (3/4). ”Awalnya, acara tersebut digelar Kamis (3/4), tapi berhubung kesibukan teman-teman Oi, akhirnya acara diundur. Kami sepakat untuk nonton bareng pada Senin (7/4),” jelas Agus Bento dalam siaran persnya yang diterima Espos Selasa (8/4). Kurang puas Dalam film Kekasih yang berdurasi 100 menit dengan sutradara Wisnu Adi dari Grandiz Media Production (GMP) tersebut, Iwan Fals tampil memerankan dirinya sendiri. Iwan bermain sebagai seorang musisi yang bernyanyi membawakan lagu karya Pongki Jikustik berjudul Aku Milikmu. Sedangkan menurut Khusen dari Oi Bento House, dirinya merasa tidak puas dengan penampilan Iwan Fals di film Kekasih yang hanya membawakan satu lagu saja. Walaupun hanya tampil membawakan satu lagu dalam film Kekasih, para anggota Oi tersebut merasa bangga dan senang, karena bisa nonton bareng-bareng dengan teman-teman Oi dari Solo dan sekitarnya. - awi/* Caption FOTO: Antre tiket --Sejumlah anggota Oi (sebutan bagi penggemar Iwan Fals) di Solo dan sekitarnya sedang antre membeli tiket Film "Kekasih" yang dibintangi Iwan Fals di bioskop Grand 21, Solo Senin (7/4). [Foto/HiO Ariyanto/Oi Bento House] ***

Kacuk Legowo terpilih sebagai ketua dalam Muskot Oi Solo

[KABAR Oi] Organisasi penggemar Iwan Fals atau biasa disebut Oi, wilayah Solo, Minggu (30/3) mengadakan Musyawarah Kota Oi Solo (Muskot Oi Solo) bertempat di Gedung SD Makamhaji III, Kartasura. Selain dihadiri Falsmania (Fama) dari Jogja dan Semarang, Muskot Oi Solo dihadiri 18 Oi kelompok dari Solo dan sekitarnya, yaitu Kartasura, Palur, Karanganyar dan Sukoharjo. Dalam Muskot Oi yang dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat menetapkan Badan Pengurus Kota Oi Solo untuk periode 2008-2010. Dalam Muskot Oi tersebut terpilih Kacuk Legowo sebagai Ketua Oi Solo, Ayok sebagai Wakil Ketua Oi Solo, Anton Cik (Sekretaris I), Setyo Nugroho (Sekretaris II) dan Sidiq (Bendahara). Sedangkan Puguh sebagai Seksi Ekonomi, Nanang sebagai Seksi Seni & Budaya, Sutarno sebagai Seksi Olahraga dan Seksi Kerohanian dijabat oleh Edwin. Hibur Oi Menurut Nanang, salah seorang Panitia Pelaksana Muskot Oi Solo, selain terbentuk Badan Pengurus Kota Oi Solo (BPK Oi Solo) dalam Muskot Oi Solo tersebut juga dibentuk Badan Pertimbangan Oi Solo (BP Oi Solo). ”Sebagai Badan Pertimbangan Oi Solo, teman-teman Oi sepakat memilih Arief S Budi yang merupakan salah seorang pendiri Oi dan HiO Ariyanto selain pendiri Oi, dia juga merupakan pencipta Logo Oi,” jelas Nanang dalam siaran persnya yang diterima Espos, Senin (31/3). Sebagai simbol pergantian pengurus Oi Solo yang lama kepada pengurus Oi Solo yang baru, dilakukan penyerahan bendera Oi Solo oleh Irwan Bintaro (pengurus lama/dimensioner) kepada Kacuk Legowo sebagai Badan Pengurus Kota Oi Solo periode 2008-2010. Untuk menghibur puluhan anggota Oi, Falsmania dan memeriahkan Muskot Oi Solo ditampilkan tiga grup band Oi yang khusus membawakan lagu-lagu karya Iwan Fals, yaitu Oi Bento House Band, Oi Oam Band dan Oi Maestro Band. - awi/*solopos Caption FOTO: MUSKOT Oi SOLO --Kacuk Legowo (kiri) bersalaman dengan Irwan Bintaro (berkaus putih) saat "Pelantikan Badan Pengurus Kota Oi Solo 2008-2010", pada Minggu (30/3) di Gedung SD Makamhaji III, Kartasura. [FOTO/O Ariyanto/Oi Bento House]

PERNYATAAN SIKAP OI MENENTANG KENAIKAN BBM

[KABAR Oi] PERNYATAAN SIKAP OI MENENTANG KENAIKAN BBM: Bukan mitos, Indonesia kaya dengan sumber daya alam dan energi tak terhingga banyaknya dari masa ke masa. Pemerintah kini tidak lagi memiliki visi dan misi untuk mampu mengelolanya secara mandiri dan maksimal umtuk kepentingan rakyat, sehingga hanya kelompok orang kaya, elit yang bisa menikmatinya. Dengan tingginya harga minyak dunia, rakyatlah yang harusnya diuntungkan, tapi kenyataan dengan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelolanya, justru rakyat jelata yang harus menderita dengan kenaikan harga minyak di dalam negeri. Kapan kedaulatan energi bisa dimiliki Negara Indonesia??? Oleh karena itu dengan tegas, Badan Pengurus Pusat OI ( BPP ) menyatakan sikap sebagai solusinya pemerintah SBY-Kalla untuk segera melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Segera melakukan “reformat” dan menetapkan system pengelolaan yang benar dalam produksi BBM, secara mandiri tidak tergantung oleh Negara lain. Menekan biaya produksi lebih efisien dengan memberantas korupsi dan kebocoran pada proses produksi dan dilaksanakan dengan visi jangka panjang. 2. Memprioritaskan penggunaan APBN untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, jika perlu menunda pembayaran utang luar negeri. 3. Segera menasionalisasikan aset-aset strategis Negara (BUMN yang sehat) dan menghentikan privatisasi aset-aset strategis Negara melalui penjualan langsung bukan Go public. 4. Segera meningkatkan produksi nasional sehingga impor minyak dapat di kurangi. Hal ini dapat dilakukan jika pemerintah serius memiliki teknologi real time control di lepas pantai yang mampu mengontrol jumlah produksi skala nasional. Sementara BPH migas sebagai pengawasnya berfungsi sebagai juru catat dari hasil kontraktor asing ( tidak signifikan ). 5. Demi kepentingan bangsa, pemerintah SBY-JK segera mengganti pejabat-pejabat(menteri, birokrat) yang jelas-jelas gagal dalam memimpin dan melaksanakan amanah rakyat serta hanya mementingkan kelompoknya, partainya 6. Memberantas habis KKN tanpa tebang pilih yang telah meracuni dan memelaratatkan rakyat dan kehidupan bangsa Indonesia bertahun-tahun. 7. Menyerukan kepada seluruh anggota oi yang ada di elemen-elemen masyarakat Indonesia,untuk terus bersatu secara focus kepada kemajuan bangsa Indonesia dan bergerak bersama untuk menolak kebajikan pemerintah yang secara sadar ataupun tidak sadar telah menzolimi rakyat. Demikian pernyataan sikap kami dengan tutlus kami sampaikan. Semoga dapat menjadi landasan untuk mengubah kebijakan para penguasa dan DPR RI yang berdampak pada kesejahteraan rakyat. BUKTIKAN PADA DUNIA BAHWA SEBENARNYA KITA MAMPU!! TTD BADAN PENGURUS PUSAT Pernyataan sikap ini telah disampaikan kepada DPR RI pada aksi Oi pada tanggal 11 Juni 2008.

IWAN FALS : THE ROLLING STONE INTERVIEW

[ARTIKEL] Manusia ½ Dewa dari Leuwinangung ini akhirnya bersedia bersaksi tentang kondisi negara, pencekalan, pendidikan di Indonesia, komunis, Munir, SBY serta album mutakhir 50:50 yang menjadi album keseimbangan tentang cinta dan sosial yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh Adib Hidayat Saya satu diantara ribuan orang yang ikut menyemut di Lapangan Pancasila, Salatiga malam itu. Salatiga adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang terletak diantara Semarang dan Solo, dikenal salah satunya karena ada Universitas Kristen Satya Wacana yang begitu dinamis saat itu. Dinamis berkat dosen berkualitas seperti Arief Budiman dan Ariel Heryanto yang kala itu masih mengajar di kampus itu. Rumah saya di daerah Suruh, sekitar 10 kilometer dari Salatiga. Saat itu bulan Maret tahun 1990. Lagu “Bento” dari Iwan Fals bersama kelompok Swami sedang menjadi hits, termasuk di kota kecil, dingin dan teduh seperti Salatiga. Dan malam itu Swami lengkap dengan Iwan Fals datang memberikan konser yang lebih mendekati semangat perlawanan daripada sebuah hiburan musik semata. Tahun 1990 Soeharto masih berkuasa penuh. Iwan Fals dan Swami memberikan “perlawanan” lewat lagu. Rombongan Swami yang datang dan siap “tempur” adalah Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, Inisisri, W.S. Rendra, Setiawan Djody dan banyak lagi.

Film Kantata Takwa

[ARTIKEL] Mengenal sosok Virgiawan Listanto atau lebih dikenal dengan iwan fals ketika masih dibangku SMP. Bukan Bento, ataupun Bongkar justru album Dalbo dan Anak Wayang yang membuat aku mulai mencari tahu tentang iwan fals. ”Dalbo itu anak genderuwo” demikian ujar temanku berkelakar. Dari dia aku banyak tahu tentang bang iwan, awal awal aku lebih suka membeli album the best dari pada albumnya. Ada alasan sebagai berikut, kalau the best lagunya bisa sampai 18 kalau yang album paling 10. lama kelamaan hampir semua the best dah aku punya. Mulailah aku ngumpulin lagu lagu yang belum pernah aku dengar dan itu biasanya ada di album. Album yang paling bekesan adalah Hijau sampai 2 kali aku beli karena sempat hilang, walaupun harus ”ngubek-ubek” seluruh solo untuk mendapatkannya. Selama pengumpulan kaset ada satu kaset bajakan, aku membeli album Cikal bukan original. Alesannya aku gak nemuin itu di toko kaset. Dan anehnya walaupun bajakan tapi covernya ada teks lagunya.... aneh. Oi...... Menunjuk iwan tak lepas dari Oi nya. Oi yang diplesetkan menjadi akronim dari Orang Indonesia. Padahal kalau rekan rekan ikut Munas Pertama Oi tanggal 16 Agustus Tahun1999 bang iwan menyebut Oi itu seruan, bisa seruan untuk berperang, bekerja dan lain – lain. Demikian kalau tidak salah kata kata beliau. Kebetulan pada munas Oi pertama aku termasuk 1 dari 6 kelompok Oi kota solo yang ikut hadir. Selain aku yang mewakili adalah, Hio Ariyanto, Baron dan Cepi dari Oi Bento house, serta Arief dan Budi dari Oi Pasoong. Jujur aku menyesal kenapa waktu tahun 1999 aku belum se”cerdas” sekarang. Mungkin disitu aku yang paling muda 17 tahun kala itu. Tidak pernah terpikir di benak ku membangun sebuah hubungan dengan teman se Indonesia. Kala itu hanya berpikir bertemu iwan, salaman, photo, minta tanda tangan. Ada kejadian unik mengenai photo. Kalau rekan tahu dulu sebelum dan sesudah munas Iwan punya Nazar tidak mau berphoto di dalam area rumah. Photo boleh dilaksanakan asal diluar area rumah. Yang menarik pada saat prosesi penyerahan hadiah termasuk kepada mas Hio sebagai pemenang lomba logo Oi juara 1 dan juara 2 ada rekan rekan Oi yang sebenarnya memotret para juara tapi iseng memotret iwan yang menyerahkan piala. Seketika itu juga iwan langsung berteriak, mungkin itu ledakan emosi darinya ketika para fans nya tidak bisa diberi tahu. Setelah itu seperti ada kesan hambar, terlihat jelas suasana penyesalan dari rekan rekan Oi semua. Mungkin guratan sesal itu terbaca oleh bang iwan. Dan akhirnya bang iwan sempat menyanyi bersama sama kita. Digo Menjadi Bintangnya Digo mungkin yang menjadi bintang kala itu, lagu ciptaan nya dijadikan mars Oi. Selain suara yang kirip wajahnya juga mencerminkan iwan dikala tahun 90an awal. Selain itu Tabloid Musik MuMu kala itu mewawancari salah seorang fans dari daerah sumatra (jambi kalau tidak salah) yang tunanetra. Sebuah loyalitas yang luar biasa. Hijrah Ke Jakarta.... Setelah lulus STM aku meneruskan kuliah dijakarta, jujur disini sebenarnya ada peluang besar untuk kembali aktif di Oi. Akan tetapi aku mencari cari Oi disekitaran tempat tinggalku ternyata tidak ada, ada korwil tanggerang letaknya lumayan jauh. Akhirnya kecintaanku terhadap Oi mulai pudar. Akan tetapi spirit Iwan dan kecintaan ku terhadap iwan masih ada dan tetap akan ada. Gairah itu ada lagi. Setelah beberapa bulan gagal untuk nonton dipanggung kita, film kantata akan segera tayang, kecintaan, euforia, fanatisme, atau apapun itu namanya. Terhadap iwan muncul kembali. Teringat konser konser megah kantata sebelumnya. Jadi salahkah aku kalau merindukan mu lagi idolaku.

Memilih Ikon Bagi Pabrikan: Kasus Iwan Fals sebagai DUta TVS

[BERITA] Saya berniat menulis postingan ini karena terinspirasi oleh iklan TVS yang baru, yang tidak lain dan tidak bukan memuat Bang Iwan Fals sebagai duta TVS di Indonesia. Saya pikir wah bagus juga nih strateginya, dengan menggandeng seorang yang sudah kita kenal di negeri ini. Tapi saya pikir-pikir lagi, apa toh sebenarnya yang harus dipertimbangkan dalam menunjuk sosok sebagai ikon pabrikan. Kita lihat dulu dari Yamaha, iklan-iklannya banyak menonjolkan sisi humor, canda, slenge’an, dan hiperbolis yang dikemas dalam pesan yang cukup kontroversial. Siapa yang bisa menonjolkan keunikan ini? Selain Thessa Kaunang yang merupakan ikon MIo, ada Komeng yang merupakan titik pusat segala kehebohan dalam iklan Yamaha. Nah kini bisa kita lihat, imej yang mau dibuat apa sih? Yamaha terkenal dengan iklannya yang urakan dan kesan kencang dalam setiap produknya. Tidak akan cocok bila katakanlah Ebiet G. Ade yang menjadi ikon Yamaha, belum pernah lihat mas Ebiet naik motor sampai bajuny sobek-sobek kan? Nah soal kekhususan dan keunikan produk juga mesti diperhatikan. Apa sih yang istimewa dari Mio? Ternyata memang motor ini dikhususkan bagi kaum hawa. Keputusan Yamaha dalam menggandenga Thessa Kaunang adalah tepat, setidaknya ada aura feminin dalam sosoknya, agak bertabrakan dengan imej bila Yamaha menggandeng katakanlah Melly Goeslaw yang imejnya agak-agak nyentrik gimana gitu. Beralih ke Suzuki yang belum lama ini menobatkan grup musik UNGU sebagai ikon mereka. Jujur pertama kali saya mendengar berita ini saya agak bingung, maksudnya apa? Ungu sendiri bisa dikata belum bisa dibilang sebagai grup yang legendaris, selegendaris katakanlah GIGI atau DEWA, setidaknya dilihat dari jam terbangnya. Jadi apa yang membuat mereka dipilih oleh Suzuki, tentunya Suzuki tidak asal pilih cap-cip-cup toh? Setelah saya renungkan kembali ternyata yang menjadi nilai plus dari Ungu adalah faktor kekiniannya. Mereka bisa dibilang sedang naik daun sekarang, dikontrak dalam banyak iklan, dipuja-puja penggemarnya, meskipun fan basenya belum sekuat hmm, SLANK. Tapi dengan faktor kekinianya, mereka layak dijadikan ikon. Apakah setelah mereka tenggelam oleh band-band baru nanti mereka akan tetap dikontrak? Rugi donk, keputusan yang pahit adalah dengan tidak lagi mengontrak mereka. Gampang memang, namun dalam prakteknya gonta-ganti ikon tidak baik bagi “kesehatan” imej. Imej yang sudah dibangun berantakan gara-gara sang pembawa bendera tidak lagi dikenal. Maka faktor kekinian juga perlu dilihat dalam jangka panjang. Lalu soal bang Iwan yang baru saja menjadi duta TVS. Tidak sulit mencari alasannya, bang Iwan memiliki fans base yang kuat lewat Oi (Orang Indonesia). Juga sudah dikenal selama kurun waktu yang lama. Faktor legendaris menjadi pertimbangan kali ini. Cukup bagus juga strategi TVS kali ini. Tambahan adalah TVS menganggap Iwan Fals memiliki visi yang sama dengan mereka. Menampung suara rakyat dan mengolahnya menjadi produk, lagu untuk bang Iwan dan motor bagi TVS. Faktor kesamaan visi bisa dilihat disini, meskipun sebenarnya sulit juga menemukan sosok-sosok terkenal yang memiliki visi yang sama dengan para produsen.

Iwan Fals : Tetaplah menjadi pahlawan sejati

[ARTIKEL] Nonton Iwan Fals di tv beberapa waktu lalu, cuman satu kata “Merinding !!” Gila, walaupun gak liat langsung, cuman liat lewat tv aja kok bisa merinding, perasaan tiap hari dengerin lagu-lagu Iwan, tapi kok tetep aja yak. Sejak tahun ‘98 memang saya mulai ngefans banget sama om Virgiawan Listianto, plus pas kuliah gak lepas dari cekokan seorang teman, memang ngakunya dia dari kelas 3 SD udah mulai nyanyiin lagu-lagunya om Iwan, well..jadilah sampai sekarang kalau sehari aja gak dengerin suara yang menggelegar itu pasti ngerasa ada seseuatu yang kurang (hehe…suer gak berlebihan ini mah) Kenapa kok bisa ngefans?, jawabannya sederhana, bukan hanya dari segi suara yang kharismatik (konon dalam beberapa dekade ke depan gak akan ada lagi penyanyi yang punya suara seperti ini) Iwan Fals juga seorang penulis lagu yang brilian, lagu-lagunya itu “timeless”, gak akan habis digerogoti waktu, boleh dibandingkan dengan penyanyi atau band masa kini, paling lagu-lagu mereka cuman tahan sampai 5 tahun aja, apalagi dulu zaman kita dijajah oleh saudara sendiri, om Iwan ini pasti bakalan maju menyanyikan lagu-lagu yang menentang ketidak adilan, walaupun taruhannya karir dan bahkan nyawanya sendiri!, makanya saya sangat setuju dengan predikat “Hero of Asia” yang diberikan majalah Time. Beside that, coba perhatikan lirik-liriknya Iwan Fals, semuanya dekat dengan realita kehidupan kita, ada beberapa lagu yang liriknya memang sangat berani, jorok, bahkan kotor, tapi ya memang itulah realita yang terjadi. Memang beberapa tahun kebelakang Iwan Fals sempat merilis album yang berkolaborasi dengan pencipta lagu dari generasi baru, cuman jujur aja dengan album yang itu saya sedikit kecewa, isinya 90% industri musik. Secara pribadi saya mengharapkan Iwan Fals tetap konsisten dengan genre khasnya, tetap dekat dengan realita kehidupan, karena sekarang musik sudah menjadi sebuah komoditi industri, siapa aja bisa bikin komoditi yang seperti ini, asal modal tampang, dan kuat modal, plus lagu yang kata orang dalem pasti bakalan “sukses” di negeri ini.

Mengenal Sosok Sawung Jabo

[ARTIKEL] Sahabat, kali ini kita mencoba mengenal salah satu sosok sahabat Iwan Fals yang tentunya sudah tak asing lagi bagi kita, Sawung Jabo. Bersama Sawung Jabo, Iwan Fals antara lain bekerjasama dalam kelompok Swami, Kantata, minim album "Anak Wayang", dan lain-lain. Semoga Bermanfaat. Sawung Jabo dilahirkan 46 tahun yang lalu di lingkungan masjid Ampel, Surabaya. Selain digembleng masalah agama, sejak kecil Jabo akrab dengan kehidupan seni tradisi. Menginjak remaja, Jabo hijrah ke Jakarta untuk sekolah di STM Poncol. Saat itu ia kian giat bermain musik. Selain itu, ia pun kian giat menyalurkan hobinya: berpetualang menjelajahi hutan dan gunung. Kegemarannya ini kelak menginspirasi sebagian lagu-lagunya, seperti Bromo dan Surat dari Teman di Desa (album Badut) serta Perjalanan Awan (album Kanvas Putih). Beberapa tahun kemudian Jabo pindah ke Yogyakarta untuk mendalami komposisi dan cello di Akademi Musik Indonesia. Berbekal pendidikan musik formalnya, ia mulai mencipta musik dengan bermacam gaya, mulai dari pop, klasik, hingga avant-garde. Tahun 1976, bersama kawan-kawannya seperti Innisisri dan isterinya sendiri, Suzan Piper, Jabo mendirikan kelompok Baroque yang kemudian berubah nama menjadi Sirkus Barock. Kelompok ini didirikan di Yogyakarta sebagai realisasi konsepnya mengenai lingkungan kreatif yang multimedia. Oleh karena itu, jangan heran, ketika Sirkus Barock tampil di atas panggung, yang hadir bukan hanya musik tapi juga aneka seni performance. Pada rentang tahun 1970-1983 Jabo menimba pengalaman hidup di Australia. Saat itu ia sempat menjadi pendukung film The Year of Living Dangerously bersama Mel Gibson. Selain itu, ia pun sempat menyutradarai teater Kisah Perjuangan Suku Naga bersama istrinya di sana. Sekembalinya dari Australia Jabo segera memperjuangkan mutu lingkungan kreatif Sirkus Barock. Maka lahirlah empat album mereka, yakni Sirkus Barock, Bukan Debu Jalanan, Kanvas Putih, dan Fatamorgana. Dari album-album tersebut, boleh dikatakan Jabo merupakan nyawa dari kelompoknya, baik dalam konsep musik maupun dalam pembuatan melodi dan lirik. Selain makin intens di Sirkus Barock, Jabo pun ber-workshop di kelompok lainnya, yakni Bengkel Teater Rendra, Swami, Dalbo, Kantata Takwa dan Kantata Samsara. Ia berinteraksi dan berkolaborasi dengan seniman-seniman ternama seperti Iwan Fals, WS Rendra, Setiawan Djody, dan Jockie Suryoprayogo. Berbeda dengan perannya di Sirkus Barock yang sangat dominan, peran Jabo di kelompok-kelompok ini tak lebih menonjol dari rekan-rekannya yang lain, mengingat grup-grup ini lebih mengedepankan ekspresi kelompok daripada ekspresi individu. Di tengah kesibukan berkreasi bersama kelompoknya, Jabo sempat mengeluarkan album solo bertitel Badut. Ia juga membuat lagu untuk penyanyi dan grup lain, seperti Nicky Astria dan God Bless. Di samping berkecimpung di dunia musik, ia pun menciptakan koreografi, sajak-sajak, dan esei. Belakangan, ia mulai melukis. Bukan sekedar hiburan Menurut Jabo, keberadaannya di dunia musik pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk menciptakan musik yang tidak sekedar berfungsi sebagai hiburan. Ia menuturkan, "Lewat musik saya ingin menyampaikan kenyataan hidup sehari-hari. Ini karena musik pada dasarnya memang bukan sekedar sarana hiburan. Musik sebagai sekedar hiburan tak lagi dapat diterima. Musik dapat pula menjadi sumber berita dan informasi. Juga, musik bisa menjadi barometer hal-hal yang perlu diubah." Dalam konteks sekarang, barometer hal-hal yang perlu diubah itu mempunyai spirit yang sama dengan sebuah kosa kata yang kini tengah hangat-hangatnya dibicarakan: reformasi. Semangat Jabo itu dituangkan ke dalam lirik-lirik yang kritis, kadang dilontarkan dalam bahasa yang lugas, kadang pula dibalut dalam gaya yang lebih kontemplatif dan simbolis. Lewat lagunya ia bicara tentang orang-orang yang sok jagoan, tentang lingkungan hidup, tentang kesewenang-wenangan, hingga tentang korupsi dan kolusi. Jabo juga bicara tentang cinta dengan gayanya yang khas: romantis dan sarat permenungan. Gaya lirik Jabo dalam merespon kondisi sosial di sekitarnya, antara lain dapat dinikmati pada lagu Sarat (album Kanvas Putih) berikut ini: Aku berjalan di antara orang resah aku mendengar suara sumbang di dinding rumah mereka sarat dengan persoalan-persoalan kehidupan seperti kereta tua mereka berjalan kepayahan Kurasakan getar kehidupan merobek-robek tidurku tidakkah kau rasakan itu? apakah kau telah menjadi batu? Masihkah berguna kita berdiskusi lagi sementara persoalan sudah sampai ke tepi datanglah kemari pahami mereka… Tapi bukan Jabo kalau hanya mengkristalkan persepsinya tentang situasi sosial lewat lirik semata. Ia menghadirkannya pula lewat musik yang serba menggantung. "Perlambang suasana mencekam dan keterinjakan," ujarnya. Dalam perjalanan kreatifnya, Jabo tak hanya mengembara dalam mencipta lagu, tetapi juga mengembara dalam mengekspresikan lagu. Ia manggung di lapangan luas, seperti Stadion Utama Senayan, juga di tempat-tempat berkapasitas kecil seperti Dago Tea House Bandung. Tak hanya itu. Jabo pun manggung di tempat-tempat yang tak biasa bagi seniman kebanyakan, termasuk di lembaga pemasyarakatan (LP). [red] ***

Sisi Lain Iwan Fals

Nama ini, Iwan Fals, tak perlu lagi diperkenalkan. Sebagai musisi, ia sangat populer di negeri ini. Bahkan, sudah menjelma sebagai seorang Legenda Hidup. Namun, tidak banyak orang tahu sisi-sisi lain Iwan sebagai seorang manusia biasa. Jikapun ada yang tahu cukup banyak, pastilah keluarga terdekat dan para penggemar fanatiknya. Ini beberapa fakta tentang pria bernama asli Virgiawan Listanto: Iwan Fals adalah Keturunan Arab Boleh percaya boleh tidak, yang jelas Iwan punya darah Arab. Lihat saja parasnya, dengan hidung mbangir dan rambut yang agak ikal. Ya, ibu Iwan adalah seorang perempuan keturunan Arab dari marga Abdat. Sang Bunda kini tinggal di kawasan Tebet. Sedangkan warga keturunan Arab dari marga Abdat banyak dijumpai di Tanah Abang. Hotel Nusantara di bilangan tanah abang merupakan salah satu hotel milik keluarga Abdat, yang masih punya hubungan darah dengan ibunda Iwan. Iwan adalah pemegang sabuk hitam Dan IV Karate Di masa muda, Iwan pernah menjadi juara dua nasional kejuaraan karate tingkat nasional. Ia bahkan pernah menjadi pelatih karate di Sekolah Tinggi Publisistik. Kini, Iwan adalah penyandang Dan-IV Karate aliran Wado-ryu (meski ada yang menyatakan aliran Amura, yang merupakan anak aliran Wado-ryu). Di rumahnya, Leuwinanggung, Iwan cukup sering menggelar latihan karate bersama. Iwan pernah menjadi wartawan tabloid olahraga Meski pernah menjadi pengamen, Iwan bukan berasal dari keluarga pas-pasan. Ayahnya adalah seorang perwira menengah TNI (jika tidak salah terakhir berpangkat Kolonel). Sebagai anak perwira, Iwan jelas pernah dikuliahkan. Ia sempat kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta (sekarang IISIP), sebelum pindah kuliah ke Institut Kesenian Jakarta. Nah, sebagai mahasiswa publisistik, Iwan pernah bekerja sebagai wartawan di sebuah tabloid olahraga. Bahkan, pernah menjadi kolomnis olahraga. "Si Budi Kecil" teman kuliah di IISIP Nama Budi, anak tukang koran yang menjual surat kabar sore di malam hari karena ketatnya persaingan --dalam lagu "Sore Tugu Pancoran", terinspirasi dari nama teman kuliahnya (di IISIP). Namanya, Budi Seno. [Sumber : http://kalipaksi.multiply.com] ***

Iwan Fals, Sederhana dan Kharismatik

Ada sesuatu yang menggelitik saya untuk menulis ini. Meski tidak secara pribadi, saya mengenal Iwan Fals sejak awal karirnya, ketika saya masih di SD. Saya bukan penggemar fanatiknya, tapi jika ditanya siapa penyanyi Indonesia favorit saya, jawabannya adalah: Iwan Fals. Bicara soal Iwan Fals adalah bicara soal sosok yang belum ada duanya di dalam percaturan musik tanah air. Orang menyukainya bukan karena gemerlapnya gaya hidup, kegantengan, atau bahkan teknik vokalnya yang luar biasa. Sebaliknya, Iwan adalah seorang sosok yang sangat bersahaja (mekipun memang ganteng), apa adanya, dan bukan jebolan sekolah vokal mana pun. Ia mengawali karirnya benar-benar dari bawah. Berangkat dari ngamen, ikut festival lagu-lagu humor (pernah jadi juara), hingga akhirnya menembus dapur rekaman. Itu pun tidak semulus yang kita bayangkan, karena rekaman pertamanya (sebelum Oemar Bakri) sempat jeblok. Pendeknya, Iwan Fals bisa seperti sekarang ini bukan dengan sim salabim. Dia tahu persis getirnya perjuangan untuk mencapai posisi yang saat ini diraihnya sebagai salah satu legenda musik Indonesia. Salah satu yang saya sukai dari seorang Iwan Fals adalah kejujurannya, baik itu kejujuran dalam menuangkan ide-idenya ke dalam lirik lagu, maupun kejujurannya dalam bersikap. Simak saja bagaimana Iwan Fals mengungkap cinta misalnya. '..hanya mampu katakan, aku cinta kau saat ini entah esok hari, entah lusa nanti, entah..' (ENTAH) Di saat kebanyakan lirik lagu berlomba mengobral kata-kata muluk soal cinta, Iwan justru mengungkap cinta dengan cara yang berbeda, tidak munafik. Betapa sederhana, betapa jujur, karena bukankah tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita bisa mencintai seseorang selamanya? Hal lain yang saya kagumi dari Iwan Fals adalah kharisma. Ini juga muncul dengan sendirinya dan tidak dibuat-buat. Orang yang punya kharisma tentu lain dengan orang yang 'jaim'. Penyanyi Indonesia mana yang memiliki penggemar-penggemar yang berasal dari berbagai kalangan sekaligus? Bahkan usia mereka juga sangat variatif, dari mulai yang seusia dengan Iwan, sampai ABG. Demikian juga status sosial. Lalu apa sebenarnya yang dimiliki Iwan Fals sehingga ia memiliki nama yang demikian besar? Beberapa sudah saya sebutkan di atas. * Kejujuran, terungkap dalam sikap kesehariannya maupun terutama lirik-lirik lagunya. Dan kejujuran ini yang justru menjadi kekuatan dari lirik-lirik lagu Iwan Fals. Dan konsekuensi dari kejujuran ini juga yang dulu sering membuat Iwan berurusan dengan aparat keamanan, ketika lagu-lagunya dianggap 'meresahkan' atau bahkan membuat merah kuping penguasa. * Kharismatik. Ini memang sebuah gift dari Tuhan. Orang tidak bisa mereka-reka supaya dirinya kelihatan memiliki kharisma. Di balik sikap yang apa adanya, Ian Fals punya kharisma yang membuat orang segan dan menghormatinya. * Sederhana. Pernahkah Anda melihat Iwan Fals tampil 'centil' dan modis? Dari dulu, kostum kegemarannya adalah jeans dan t-shirt. * Tidak arogan. Ia bisa ngobrol santai sebagai teman denan penggemarnya. Dulu saya punya teman yang bahkan sering nginep di rumah Iwan. Sikap tidak arogan yang juga bisa kita lihat adalah aksi kolaborasinya dengan musisi-musisi muda. Ia tidak kelihatan canggung dan khawatir dengan kehadiran mereka. Sebaliknya mereka malah dirangkul untuk bikin lagu buat dia nyanyikan. Hasilnya? Ceruk pasarnya malah bertambah ke semakin banyak kalangan, termasuk ABG. * Tentu masih banyak hal lain yang membuat Iwan Fals menjadi seperti sekarang ini. Sosok penyanyi/musisi Indonesia yang samasekali bukan karbitan. Ia meraih puncak karir benar-benar merangkak dari bawah. Tempaan itulah yang justru membuatnya bisa seperti sekarang. Berjuang dan menjadi pendekar bagi kalangan grass root melalui lagu-lagunya yang sarat dengan kritik sosial. Contoh fenomenal adalah lagu Oemar Bakri. Saat itu,mana ada yang berani mengangkat tema seperti itu? Atau tengok lagu Bento yang ditujukan untuk 'Kau Tahu Siapa' (minjem istilah Harry Potter untuk menyebut Voldemort), klan penguasa yang nyaris tidak pernah tersentuh hukum.

Iwan Fals Bongkar

Kelahiran Swami sendiri berawal dari kegundahan Iwan Fals yang sedang meng-alami musibah, karena rencana promo tur album rekaman terbarunya Mata Dewa ke 100 kota di Indonesia, sekitar tahun 1988, tiba-tiba izinnya dibatalkan oleh yang berwajib tanpa alasan yang jelas. Pada masa pemerintah Orde Baru saat itu, kegiatan yang mendatangkan massa merupakan ke-giatan yang patut diwaspadai. Apa lagi bila kegiatan itu terkesan bernuansa mengkritisi kebijakan pemerintah, termasuk kegiatan atau konser musik yang berani bersuara atau bernada kritik. Ketika radiogram pelarangan dari Mabes Polri untuk memberitahukan pembatalan izin konser promo tour itu diterima AIRO sebagai EO, rombongan artis dan kru sudah berada di Palembang, sehari sebelum konser di kota tersebut berlangsung. Saat itu, saya ikut dalam rombongan dengan status sebagai wartawan dari sebuah koran sore ibukota (Suara Pembaruan), yang diundang untuk meliput oleh pimpinan Sofyan Ali, direktur AIRO yang menangani konser promo tersebut. Kesedihan dan kekecewaan menyelimuti kita semua. Tapi apa boleh buat. Keputus-an tidak bisa diubah. Ada bisik-bisik bahwa kejadian ini berkait dengan peristiwa konser Iwan sebelumnya di Parkir Timur, Senayan, Jakarta, yang dianggap rusuh. Tapi ada juga gosip bahwa Iwan terlalu berani menyuarakan kritik saat di atas panggung. Tapi yang jelas pentas Iwan tidak mendapatkan izin saat itu. Rombongan artis lainnya seperti Grass Rock dan Nicky Astria esok harinya kembali ke Jakarta. Tapi Iwan bersikeras untuk tetap berjalan sesuai jadwal ke kota-kota yang sudah dijadwal bakal dilewati konser promo ini. “Aku harus memberi penjelas-an pada publik di kota-kota itu, bahwa pembatalan ini bukan dari aku,” tegas Iwan yang berusaha tetap tegar. Akhirnya Iwan, beberapa panitia, promotor dan beberapa wartawan, tetap tinggal untuk menyusun perjalanan selanjutnya. Saya bersama beberapa rekan wartawan musik ibu kota saat itu, antara lain Remy Soetansyah, Hans Miller Banureah, Toro dan satu lagi rekan dari koran Palembang, Sriwijaya Pos, termasuk yang diminta tinggal untuk menemani Iwan ke kota-kota tempat konser yang batal. Selama perjalanan itulah saya banyak berkomunikasi dengan Iwan. Bahkan di saat-saat senggang saya sering terlibat diskusi, kadang sama-sama menulis lirik yang terus kami coba nyanyikan bersama. Sayang beberapa lirik yang berhasil kami jadikan lagu sampai saat ini tidak sempat kami rekam. Sekitar dua minggu kami berjalan sebelum kemudian kembali ke Jakarta. Kembali ke Jakarta, Iwan semakin gelisah. Bahkan terbersit niatnya untuk tidak bermain musik lagi. “Mending aku jadi penulis di media saja dari pada main musik tapi tidak boleh tampil seperti sekarang,” cetusnya kesal. Kami makin sering bertemu dan mengobrol. Saya jadi sering main ke tempat tinggal Iwan di kawasan Condet, Jakarta Timur. Dari hasil mengobrol, diskusi dan debat warung kopi di rumah Iwan itulah lahir beberapa lagu seperti “Condet” dan “Kebaya Merah” yang kemudian direkam di Swami II, dan “Bento”. Entah karena tidak punya beban, dan motivasi membuat lagu-lagu itu semata-mata karena keinginan berekspresi dari beban batin yang kami rasakan saat itu, lagu-lagu tersebut lahir begitu saja dengan cair tanpa hambatan. Dalam kegalauan tersebut, sebenarnya Iwan punya sebuah pekerjaan yang sa-ngat penting yang harus ia selesaikan, yaitu rekaman album Kantata Takwa bersama WS Rendra (almarhum), Setiawan Djodi, Sawung Jabo dan Yockie Suryoprayogo. Di sela-sela jadwal latihan mereka, saya sering diajak Iwan main ke rumah Sawung Jabo di bilangan Pasar Minggu. Sebelumnya, saya cukup sering bertemu Jabo. Bahkan ketika pertama kali saya ke Jakarta tahun ‘80-an, saya tinggal di rumah Jabo dan juga ikut bermain di grupnya, Sirkus Barock. Di rumah Jabo ini kami kembali mengobrol dan menelurkan beberapa lagu antara lain, “Oh Ya”, “Perjalanan Waktu”, “Badut” dan lain-lain. Kami semakin tenggelam dalam perenungan-perenungan, mencermati keadaan sampai berusaha menyikapinya lewat kata-kata dan notasi. Kalau tidak di Condet, rumah Iwan atau Pasar Minggu, rumah Jabo. Kami bertemu di rumah saya di kawasan Perumnas Klender. Tidak jarang, tiba-tiba larut malam menjelang pagi mereka berdua datang mengetuk-ngetuk pintu rumah saya. Kami begadang, ngopi, mengobrol dan jadilah beberapa lagu seperti “Eseks-eseks Udug-udug”, “Cinta”, “Potret” dan lainnya. Mereka memang sengaja datang malam, karena pernah mereka datang sore hari, akibatnya rumah saya diserbu warga yang ingin ketemu Iwan Fals. Rupanya kolaborasi ini memberi sema-ngat bagi Iwan. Dia mengusulkan untuk melatih lagu-lagu ini dalam sebuah kelompok musik. Jabo mengusulkan nama Tatas sebagai pemain keyboard dan Iwan sendiri menyorongkan nama Jerry, sebagai pemain gitar. Sedangkan untuk penggebuk drum dan pencabik bas, kami setuju merekrut Innisisri dan Nanoe. Kami akhirnya latih-an dengan formasi Iwan Fals (gitar, vokal), Sawung Jabo (gitar, vokal), Naniel (flute, vokal, perkusi), Innisisri (drum, vokal), Nanoe (bas, vokal), Tatas (keyboard) dan Jerry (gitar). Jabo mengusulkan nama Swami bagi kelompok ini. Kami setuju, “Oke, mulai saat ini grup ini kita namakan Swami!”. Kami pentas pertama di kawasan Bintaro dalam acara ulang tahun sebuah ke-lompok pemanjat tebing. Saya ingat, kami masing-masing mendapat honor Rp 200 ribu. Kami berusaha mencari produser yang mau merekam lagu-lagu yang sudah kami latih ini, tapi ternyata susah. Hampir semua produser yang kami datangi selalu menjawab, “Bagaimana caranya kami menjual lagu-lagu macam ini. Bikin saja yang biasa,” kilah mereka umumnya. Lagu-lagu ini mereka rasakan terlalu keras, terutama liriknya. Pasti akan bermasalah bagi mereka kalau diedarkan. Untung kedekatan Iwan dengan Setiawan Djodi di Kantata Takwa ternyata membawa berkah. Djodi bersedia membia-yai rekaman Swami. Kami pun kemudian rekaman di GIN Studio yang terletak di daerah Roxy. Tidak ada kesulitan, semua lancar sampai ketika Iwan menyodorkan lagu “Bongkar” yang nantinya disempurnakan oleh Jabo. Ada masalah pada lirik lagu ini yang mengundang kontroversi di antara kami. Dalam lirik lagu itu menyinggung nama-nama tempat yang merupakan kasus militer dan tabu diucapkan saat itu. Nama-nama itu seperti: Way Jepara, Kedung Ombo, Kaca Piring yang merupakan tempat kejahatan HAM berat. Kami khawatir kalau tetap tidak diubah akan jadi masalah bagi album ini. “Ya, tapi kreativitas dan ekspresi kan nggak- boleh diatur-atur? Kita kan bukan kambing yang hanya menurut dibawa ke kanan, menurut dibawa ke kiri,” kata Iwan bersikeras. “Ya, tapi kita juga harus berstrategi, Wan. Bukan masalah takut dan berani. Kalau nggak- boleh edar, buat apa kita mengerjakan rekaman ini? Kita kan bisa menyiasati dengan cara lain?” saya coba nimbrung, berusaha mencairkan suasana. Akhirnya disepakati Jabo akan merevisi dan menyusun ulang sebagian lirik dari lagu “Bongkar” ini. Beberapa kali ditawarkan, akhirnya disepakati lirik seperti yang kita kenal sekarang dalam lagu “Bongkar” karya Iwan Fals dan Sawung Jabo. Lirik lagu ini memang agak berubah di penyajian, tapi visinya tetap. Liriknya lebih puitis tidak frontal seperti awalnya. Rekaman dan mixing-nya kami selesaikan sekitar satu bulan kerja di studio. Sayang begitu selesai rekam-an, karena alasan bersifat pribadi, Tatas dan Jerry mengundurkan diri. Maka dalam konser promo di Jogya, Salatiga, Semarang dan Surabaya, posisi keyboard dan gitar digantikan oleh Yockie Suryoprayogo dan Toto Tewel. Komposisi pemain ini bertahan terus sampai rekaman Swami II dan konser Sumatra di kota-kota, Bandar Lampung, Padang dan Medan. Setelah konser di kota-kota tersebut, Swami tidak lagi mendapatkan izin untuk pentas dari pihak aparat keaman-an masa Orde Baru saat itu. Rekam-an kedua melahirkan beberapa hit macam “Kuda Lumping”, ”HIO” dan lain-lain. Dari kesepakatan awal, Swami memang bukan kelompok musik yang dikonsumsikan bagi industri musik, tetap lebih pada kerja kreatif dari sebuah komunitas yang ber-usaha menyuarakan aspirasinya lewat bahasa musik. Swami sebagai sosok memang tidak bisa tampil karena tidak mendapatkan izin dari pihak berwenang saat itu. Tetapi suara yang sudah terlanjur berkumandang lewat serangkaian lagu-lagu yang mereka hasilkan sudah terlanjur didengar dan disukai oleh publik. Bahkan pecinta musik saat ini yang ketika lagu-lagu macam “Bento”, “Bongkar”, “Eseks-eseks Udug-udug” pertama kali diperdengarkan masih orok, sekarang ternyata banyak yang ikut mengapresiasi, menyukai, bahkan hapal -liriknya. Atas persetujuan bersama, akhirnya disepakati oleh semua personel, tahun 1992 Swami dibubarkan. Itulah kelompok musik Swami dalam pandangan saya. Walau sudah tidak ada lagi, bahkan ada kesan kehadirannya tidak terlalu dicatat oleh industri musik, tapi grup ini tetap hidup lewat lagu-lagu yang mereka hasilkan. Selama masih ada pecinta musik yang menginginkan kejujuran ekspresi, maka saya rasa lagu-lagu Swami akan tetap hidup sebagai referensi, betapa kekuatan musik sebagai media -perlawanan! (source: Rolling Stone Indonesia) ***

Iwan Fals Album Baru Keseimbangan Memaknai Kehidupan

Gebrakan di tahun 2010, Iwan Fals meluncurkan album baru secara independen. Di bawah bendera Fals Record dan PT Tiga Rambu, Iwan pun menempuh jalur penjualan yang tidak biasa: datang langsung ke kediamannya di Leuwinanggung, atau pesan melalui internet/sms/telepon dengan sistem pembayaran transfer bank dan kemudian kaset/CD dikirim melalui layanan jasa hantar barang. Dibandingkan dengan sistem penjualan secara konvensional melalui toko kaset, tentu sistem ini agak membuat ribet bagi para calon pembeli. Namun, ada beberapa keuntungan yang dipetik Iwan. Keuntungan itu, saya rasa, bukan pada soal menekan pembajakan. Para pembajak yang semakin tak tahu diri itu, tidak akan mampu diatasi dengan sistem penjualan apapun, kecuali dengan penegakan hukum. Yang menjadi keuntungan dari sistem ini: (1) Iwan akan memiliki basis data tentang penikmat musiknya yang loyal, dari mulai nama hingga alamatnya; (2) Iwan akan bisa mengontrol angka penjualan dengan akurat (selama ini dengan sistem konvensional distributor/perusahaan rekaman menyampaikan angka penjualan, tapi belum tentu seakurat dengan menjual sendiri). Sistem penjualan non-konvensional ini akan menjadi lebih memudahkan para pembeli jika terdapat pilihan penggunaan sistem on-line murni: yakni pemesanan secara murni online (mengisi form isian melalui web) serta membayarnya pun secara online: melalui internet banking atau credit card. Kembali ke albumnya sendiri, “Keseimbangan” sesuai judul albumnya, menawarkan pilihan yang beragam, mulai dari tema filosofi kehidupan dan kemanusiaan (Suhu, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu), religi/spiritual (Ya Allah Kami, ^O^), lingkungan (Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam), olahraga (Sepakbola), interaksi manusia dengan teknologi (Kuda Cokelatku), tokoh (Jenderal Tua, Malahayati). Pesan yang ingin disampaikan sepertinya: jika kita ingin seimbang dalam hidup kuncinya adalah (1) berpegang kepada Tuhan, (2) selalu peka terhadap kehidupan dan kemanusiaan, (3) peduli dengan lingkungan, (4) tak lupa berolahraga, (5) memanfaatkan teknologi secara bijak, dan (6) senantiasai mengambil hikmah dari para tokoh/kejadian terdahulu. Dari sisi aransemen yang sepenuhnya digarap Iwan Fals & Band, album “Keseimbangan” menawarkan garapan yang lebih kuat dan berwarna dibanding garapan aransemen Iwan Fals & Band di album “50:50”. Ini sepertinya tak lepas dari masuknya kembali Totok Tewel memperkuat musik Iwan. Kecuali lagu “Ayolah Mulai” dan “Sepakbola” yang punya gaya berturut dan aransemen yang mungkin kurang familiar di telinga pop, aransemen lagu-lagu lainnya bisa masuk ke telinga banyak kalangan. Lagu yang saya rasa paling menonjol baik dari sisi aransemen maupun pesan adalah : “Suhu”, “Ya Allah Kami”, “^O^", “Aku Menyayangimu”, dan “Kuda Cokelatku”. Point plus lain di album ini adalah cover dan bungkus kaset/CD yang digarap dengan profesional dan menarik oleh Heri hito.com, sangat berbeda dengan album “50:50” yang desain covernya seperti dibuat dengan alakadarnya. Point plus ini semestinya mendorong penikmat musik untuk tidak membeli album bajakan, karena di CD/kaset bajakan tentu tidak akan dibungkus dengan kualitas dan kelengkapan cover CD/kaset orisinal. Agar bisa lebih mengundang penikmat musik membeli album orisinal, akan sangat baik jika ke depan PT Tiga Rambu juga menyisipkan merchandise ekslusif Iwan Fals satu paket bersama CD/kaset. Merchandise-nya bisa berupa stiker, kaos, dll yang saya rasa ongkos produksinya tidak begitu mahal. Selamat kepada Iwan Fals dan terus berkarya. Daftar Lagu : Suhu, Ya Allah Kami, Hutanku, Pohon untuk Kehidupan, Tanam Siram Tanam, Ayolah Mulai, Aku Menyayangimu, ^O^, Sepakbola, Kuda Cokelatku, Jenderal Tua, Malahayati. Musisi pendukung: Iwan Fals (gitar akustik), Heirrie Buchaery (bass), Edi Daromi (keyboard), Totok Tewel (gitar), Deni Kurniawan (drum). Backing vocal : seluruh musisi dan Rossana Listanto (pada lagu ^O^). ***

Suara Iwan Fals Di Depan Mata

[ARTIKEL] Dari perhelatan Gala Primer Film “Batas” yang digarap Marcela Zalianty dkk melalui rumah produksi barunya Keana Production di Epicentrum Kuningan, Jakarta 12 Mei 2011, satu hal yang membuat saya berdecak kagum adalah mendengar dan melihat langsung suara emas sang legenda Iwan Fals. Begitu acara dilanjutkan, pembawa acara menyebut kata-kata “Kita sambut, the legend, Iwan Fals!” Sontak tepuk tangan meriah yang belum terdengar sejak awal acara, pecah. Memang, karisma musik Iwan Fals yang terbangun selama beberapa dekade membuatnya pantas disebut legenda. Saat naik ke panggung pun, Iwan Fals masih nyaman dengan senyum khasnya dan menyampaikan terima kasih kepada semua yang menyambutnya. Sungguh bernilai tinggi. Lagu yang dinyanyikan malam itu adalah “Batas Tak Berbatas”, lagu terbaru yang sekaligus menjadi lagu tema film “Batas”. Begitu Iwan Fals tertunduk ke arah jari-jarinya yang mulai memetik satu-dua senar gitarnya, suasana langsung hening, lalu tepuk tangan kembali pecah, lalu hening lagi. Saya paling suka Iwan Fals menyanyikan lagu dengan musik akustik, karena benar-benar menampakkan karakter suaranya yang ringan namun sangat menyentuh. Lagu ini pun seluruhnya diiringi oleh petikan gitar akustik Sang Legenda sendiri, sangat syahdu, belum lagi karena memang liriknya sangat menyentuh. Lirik ini diciptakan oleh salah satu pencetus ide cerita “Batas”, Slamet Raharjo Djarot. Saat Iwan Fals tak senyum lagi, bibirnya mulai melukis nada, lalu keningnya mengkerut seperti biasa. Memang, saya bukan satu-satunya orang yang pernah melihat suara Iwan Fals dari dekat. Saya hanya menggambarkan kenyamanan tersendiri dalam perasaan saat mendengar lirik demi lirik dilantunkan oleh sang Legenda. Menurut saya ini kecerdasan bermusik, dan membalut seni secara keseluruhan, dipadu kekuatan karakter yang tak pernah berubah. Iwan Fals benar-benar legenda. Seorang musisi yang tak pernah tergantung antara langit dan bumi, tapi seakan-akan berada di keduanya pada saat yang bersamaan. Film “Batas” tayang di bioskop-bioskop mulai 19 Mei mendatang. Lagu “Batas Tak Berbatas” sudah bisa didengarkan melalui radio-radio lokal Tanah Air.

AD/ART Oi

BAB I NAMA,WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Oi . 2. Oi didirikan Oleh Iwan fals dan penggemar Iwan Fals dalam Silaturahmi Nasional di Desa leuwinanggung kecamatan Cimanggis, kota Depok pada tanggal 16 agustus 1999 untuk waktu yang tidak terbatas dan untuk selanjutnya tanggal tersebut dijadikan sebagai hari jadi Oi. 3. Sekretariat Badan Pengurus Pusat Oi berkedudukan diwilayah Ibukota Negara Republik Indonesia. BAB II KEDAULATAN Pasal 2 Kedaulatan berada ditangan anggota Oi yang tercermin sepenuhnya dalam musyawarah anggota Oi. BAB III ASAS,SIFAT DAN FUNGSI Pasal 3 Organisasi Oi Berazaskan Pancasila Pasal 4 1. Oi adalah Organisasi Masyarakat bersifat sosial dan mandiri (independen) bu- kan partai politik dan bukan bagian dari dan tidak berafilisiasi dengan organi sasi pemerintah, organisasi politik maupun organisasi sosial kemasyarakatan lainnya dan tidak mempunyai tujuan atau memperjuangkan faham aliran politik tertentu. 2. Oi adalah wadah pembinaan dan pemberdayaan masyarakat khususnya peng emar Iwan Fals yang bersifat universal dan multidimensional mencakup sem- ua aspek kehidupan moral, spiritual, sosial, politik ekonomi budaya maupun hukum. 3. Oi bersifat demokratis dan terbuka bagi semua lapisan dan golongan masyar- akat, tanpa membedakan asal usul, ras/etnis, suku agama status sosial maup- un faham /aliran politik yang dianut. Pasal 5 1. Oi berfungsi sebagai wadah interaksi dan komunikasi. Sesama anggota Oi khususnya dan antar anggota Oi dengan anggota masyarakat pada umum nya. 2. Oi berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pengembangan bakat dan kreatif anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama pada bidang seni, Pendidikan, Olahraga, Niaga,Kerohanian dan Sosial. BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 6 Maksud didirikan Oi adalah mendorong menumbuhkan dan mengembangkan minat, bakat, serta potensi anggota-anggota Oi pada khususnya dan kreatifitas masyarakat pada umumnya. Pasal 7 Tujuan didirikan Oi adalah dalam rangka ikut memberdayakan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. BAB V USAHA-USAHA Pasal 8 Dalam mewujudkan maksud dan tujuannya, Oi melakukan usaha-usaha : Menyelenggarakan kegiatan–kegiatan sesuai yang tercantum dalam Anggaran Dasar / BAB III Pasal 5 ayat 2. Menyelenggarakan bimbingan,pembinaan pengembangan potensi generasi muda khusus yang memiliki minat, bakat, dan prestasi dalam bidang-bidang tertentu. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bagi generasi muda pada umumnya Yang bersifat kreatif, rekreatif dan edukatif dalam rangka penumbuhan idealisme, patriotisme, peningkatan budaya baca dan budaya belajar daya cipta, daya nalar, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi. Menyelengarakan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengkajian. Mendorong dan menumbuhkan kecintaan dan penghargaan terhadap karya cipta intelektual bangsa indonesia. Usaha–usaha lain yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan perundang-undangan negara serta peraturan pemerintah yang berlaku. BAB VI ATRIBUT Pasal 9 Oi Mempunyai atribut yang terdiri dari panji-panji, lambang dan Mars Oi. BAB VII KODE ETIK DAN KEANGGOTAAN Pasal 10 Oi mempunyai kode etik sebagai pedoman dan landasan moral bagi setiap anggota. Pasal 11 1. Setiap orang, baik warga negara Indonesia atau warga negara asing dapat menjadi anggota Oi yang dengan sukarela mengajukan permohonan menjadi anggota Oi. 2. Anggota –anggota Oi di himpun dalam Oi kelompok. BAB VIII KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 12 Setiap anggota berkewajiban untuk : a. Menjunjung tinggi nama baik martabat dan kehormatan organisasi. b. Memegang teguh AD/ART peraturan organisasi dan disiplin Organisasi. c. Aktif mengikuti program-program. Pasal 13 Setiap Anggota Oi mempunyai hak bicara dan Hak suara. BAB IX ORGANISASI Pasal 14 1. Organisasi Oi terdiri dari : a. Tingkat Nasional selanjutnya disebut BPP/ Badan Pengurus Pusat Oi . b. Tingkat Propinsi Selanjutnya disebut BPW/ Badan Pengurus Wilayah Oi. c. Tingkat Kota/Kabupatenupaten selanjutnya disebut BPK/ Badan Pengurus Kota Oi. d. Tingkat Kelompok selanjutnya disebut BPKel/ Badan Pengurus OiKelompok e. Di setiap perwakilan Republik Indonesia diluar negeri dapat dibentuk Oi kel- ompok di bawah binaan Badan Pengurus Pusat Oi. 2. Masa Kepengurusan a. Pada tingkatan BPP Oi adalah 3 Tahun. b. Pada tingkatan BPW Oi adalah 2 tahun. c. Pada tingkatan BPK Oi adalah 2 Tahun. d. Pada tingkatan BPKel Oi adalah 1 tahun. e. Pada kelompok Binaan BPP Oi adalah 3 Tahun. Pasal 15 1. BPP Oi Adalah Badan pelaksana tertinggi Organisasi yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum. 2. BPP Oi Berwenang : a. Menentukan kebijakan Organisasi Oi tingkat Nasional. b. Mengesahkan komposisi dan personalia Badan Pengurus Wilayah Oi . c. Membuat format Kartu Tanda anggota Oi 3. BPP Oi berkewajiban : a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART dan putusan Munas serta peraturan Organisasi lainnya. b. Memberi pertanggung jawaban pada Munas Oi . Pasal 16 1. Badan Pengurus Wilayah adalah Badan Pelaksana Organisasi di tingkat Propinsi. 2. BPW Oi berwenang : a. Menentukan kebijakan organisasi tingkat propinsi sesuai AD /ART Putusan munas, Muswil, serta peraturan organisasi lainnya. b. Mengesahkan komposisi dan personalia Badan Pengurus Kota Oi 3. Badan Pengurus Wilayah berkewajiban : a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART, Putusan Munas, Muswil, serta peraturan organisasi lainnya. b. Memberikan pertanggung jawaban pada Muswil Oi c. Menyerahkan hasil Muswil kepada BPP Oi . Pasal 17 1. Badan Pengurus Kota/Kabupaten adalah Badan Pelaksana organisasi ditingkat kota /Kabupaten yang dipimpin oleh seorang ketua. 2. BPK Oi Berwenang : a. Menentukan kebijaksanaan organisasi tingkat kota sesuai dengan AD/ART, putusan Munas, Muswil, putusan Muskot, serta peraturan organisasi lainnya. b. Menerima dan mengurus administrasi anggota Oi kelompok. c. Menerbitkan Kartu Tanda Anggota Oi berdasarkan format dari BPP Oi . 3. BPK berkewajiban : a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai AD/ART putusan Munas, Muswil, Muskot. b. Memberi pertanggung jawaban pada Muskot. c. Menyerahkan hasil Muskot ke BPW Oi 4. Badan Pengurus Oi Kelompok : a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai AD/ART, putusan Munas, Muswil, Muskot dan Muskel. b. Memberi pertanggung jawaban pada Muskel. c. Menyerahkan hasil Muskel Ke BPK Oi . d. Berwenang mendistribusikan Kartu Tanda Anggota Oi kepada anggota. Pasal 18 1. Organisasi Oi memiliki Badan terdiri dari a. Ditingkat Nasional adalah Majelis Pertimbangan Oi b. Ditingkat Wilayah Badan Pembina Wilayah Oi c. Ditingkat Kota Badan Pembina Kota Oi d. Ditingkat kelompok Badan Pembina kelompok Oi 2. Majelis Pertimbangan berfungsi melakukan pengawasan dan pembinaan baik secara moril dan materiil terhadap BPP Oi. 3. Badan Pembina wilayah & Badan Pembina kota & Badan Pembina kelompok berfungsi memberikan pembinaan baik secara moril & materiil. BAB X HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI LAIN Pasal 19 Oi Dapat menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi pemerintah maupun organisasi dan lembaga swasta lainnya yang tidak bertentangan dengan AD/ART. BAB XI MUSYAWARAH & RAPAT-RAPAT Pasal 20 1. Musyawarah & Rapat Oi terdiri dari : a. Musyawarah Nasional Oi b. Musyawarah Nasional Luar Biasa Oi c. Rapat Kerja Nasional Oi d. Musyawarah Wilayah Oi e. Musyawarah wilayah Luar Biasa Oi f. Rapat Kerja Wilayah Oi g. Musyawarah Kota Oi h. Musyawarah Kota Luar Biasa Oi i. Rapat Kerja Kota Oi j. Musyawarah kelompok Oi k. Musyawarah Kelompok Luar Biasa Oi l. Rapat Kerja kelompok Oi 2. Musyawarah Nasional Oi adalah pemegang kekuasan tertinggi organisasi pelaksanaannya sekali dalam satu periode. 3. Munaslub Oi mempunyai wewenang atau kekuasaan yang sama dengan Munas. 4. Rakernas Oi diadakan Oleh BPP Oi . 5. Muswil diadakan oleh BPW Oi pelaksanaannya sekali dalam satu periode. 6. Rakerwil Oi diadakan Badan Pengurus Wilayah Oi setingkat propinsi. 7. Musyawarah kota Oi pelaksanaannya sekali dalam satu periode. 8. Rakerkot Oi diadakan oleh BPK Oi 9. Muskel Oi diadakan Oi kelompok pelaksanaannya sekali dalam satu periode 10.Rakerkel Oi diadakan oleh Badan Pengurus Oi Kelompok BAB XII KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 21 1. Musyawarah sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dinyatakan Kuorum apabaila dihadiri oleh sekurang-kurangnnya setengah ditambah satu dari jumlah peserta. 2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasar- kan suara terbanyak. BAB XIII KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 22 Keuangan dan kekayaan di peroleh dari : 1. Iuran anggota Oi. 2. Sumbangan dari perorangan maupun kelompok. 3. Bantuan pemerintah yang sifatnya tidak mengikat 4. Pendapatan-pendapatan lain yang sah dan halal yang diperoleh dari usaha– usaha BAB XIV PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 23 1. perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan oleh musyawarah nasional yang diselenggarakan khusus untuk itu. 2. Musyawarah nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pasal ini harus dihadiri sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah peserta musyawarah nasi onal. 3. Keputusan tentang perubahan Anggaran Dasar adalah sah apabila, diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnnya dua pertiga dari jumlah peserta musyawarah nasional yang hadir. BAB XV PEMBUBARAN ORGANISASI Oi Pasal 24 Pembubaran Oi hanya dapat dilakukan oleh suatu Musyawarah Nasional yang diselenggarakan khusus untuk itu. Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini harus dihadiri sekurang-kurangnya setengah ditambah satu jumlah peserta Musyawarah Nasional. Keputusan tentang pembubaran Oi adalah sah apabila diambil dengan persetujuanan sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) dari jumlah peserta Musyawarah nasional yang hadir. Apabila Oi dibubarkan setelah utang piutang diselesaikan maka musyawarah nasional yang memutuskan pembubaran untuk selanjutnya dapat menyerahkan kekaya an Oi kepada Badan-badan lembaga–lembaga sosial di Indonesia. BAB XVI ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 25 Anggaran Dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Anggaran Rumah Tangga ditetapkan oleh Musyawarah Nasional dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar. BAB XVII ATURAN PERALIHAN Pasal 26 Dengan ditetapkannya dan disahkannya Anggaran Dasar Oi ini maka Anggaran Dasar Oi yang lama sebagaimana tersebut dalam surat keputusan Musyawarah Nasional Luar Biasa tanggal 26 Maret 2001 dinyatakan tidak berlaku lagi. Peraturan-peraturan yang ada sebelum ditetapkan dan disahkan Anggaran Dasar ini dapat tetap berlaku selama belum ada perubahan dan sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini. BAB VXIII PENUTUP Pasal 25 Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Taman Budaya Dago Bandung Jawa Barat Pada Tanggal : 26 November 2006. Berdasarkan: KETETAPAN MUSYAWARAH NASIONAL KE III Oi Nomor : 02/TAP/MNS-III/Oi/NOV/2006 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Oi

Kamis, 27 September 2012

SUKABUMI – Oraganisasi Masayarakat OI “Orang Indonesia” Kota Sukabumi melaksanakan Musyawarah Kota (Muskot) OI Kota Sukabumi, kemarin. Hasil Muskot secara aklamasi terpilihnya Ketua Badan Pengurus Kota (BPK) OI Sukabumi Nanang Iskandar dan Ketua BPK Kabupaten Sukabumi Heri Rismawan (abah). Acara dihadiri Wakil Walikota Suakbumi Mulyono dan tokoh Masyarakat Andri Setiawan Hamami dan tamu undangan lainnya. Muskot organisasi penggemar Iwan Fals itu bertempat di Gedung Juang 45 Kota Sukabumi. Wakil Walikota Sukabumi Mulyono mengatakan, keberdaan ormas Oi diharapkan menjadi wadah bagi kaula muda Kota Sukabumi untuk berkarya dan melakukan kegiatan positif. “Kami mendukung ormas Oi, karena bisa memberikan kontribusi bagi kemajuan pemuda Kota Sukabumi untuk terus kreatif,” ungkap Mulyono. Ia berharap keberadaan Oi di Kota Sukabumi akan terus memacu pemuda dalam mengembangkan potensinya dalam bermusik seperti halnya Iwan Fals. Oi merupakan wadah kaula muda untuk saling berbagi pikiran dan potensi bermusik. “Saya berharap Oi Kota Sukabumi akan terus maju dan memberikan yang terbaik untuk Kota Sukabumi,” harapnya. Sementara itu, Nanang Iskandar mengaku siap mengemban amanah Oi Sukabumi sesuai visi misi organisasi ini. Oi bukan komunitas melainkan sebuah ormas sehingga taat kerja dan kelola kerjanya diatur sesuai AD/ART dan surat lainnya. “Oi merupakan ormas sehingga dalam bergerak sesuai aturan ormas yang berlaku yang diemban Oi Sukabumi,” katanya. Nanang menambahkan, Muskot OI Sukabumi sendiri betemakan Reformasi gerakan demi tercapainya tujuan bersama, berfikir, berkata, bertindak. Tema inilah yang nantinya akan menjadi rumusan besar dalam melaksanakan kinerjanya. “Ormas Oi harus memberikan reformasi gerakan dengan cara berfikir, berkata dan bergerak sesuai pada aturan,” ujarnya.

ORMAS Oi SERDADU SUKABUMI

Maju atau mundurnya sebuah negara tergantung generasi mudanya, itu sebuah ungkapan yang membuat pundak berat memikul tanggung jawab begitu besar. bandingkan dengan realitas pemuda hari ini yang lebih hedonis dan masa bodoh dengan masa depan bangsa. Oi adalah organisasi kemasyarakatan yang notabenenya adalah remaja dan pemuda. Oi mempunyai pilar-pilar organisasi sebagai kerangka acuan untuk memajukan dan supporting pada remaja & pemuda dalam memajukan bangsa ini. Warga Oi .. mari kita teteskan keringat, teriak dengan lantang dan berevolusi untuk membangun negeri tercinta ini... Oi..... Bersatulah !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Selasa, 25 September 2012

KPJ

Hari ulang tahun Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ) yang dirayakan di Lapangan Merdeka kota Sukabumi, Minggu (20/5/2012) Pagi. Saat diberi kesempatan berbicara di hadapan ribuan pengamen dan anak jalanan yang hadir, Aris, ketua KPJ Kota Sukabumi, mengucapkan selamat ulang tahun dan selamat berkarya. "Kepada seluruh anggota Komunitas Penyanyi Jalanan, saya mengucapkan selamat merayakan ulang tahun yang ke-30. Semoga saudara-saudara semua bisa menjadikan Sukabumi semakin bersemangat," kata Aris. Aris diberi kesempatan untuk menyampaikan sambutan singkat dalam acara hiburan musik di Lapangan Merdeka. Pada kesempatan itu, Aris menyampaikan apresiasinya atas kreativitas penyanyi jalanan yang memberi warna bagi kehidupan kota Sukabumi. Kelompok Penyanyi Jalanan ( KPJ ) yang diprakarsai oleh ANTO BARET dan YOYIK LEMBAYUNG mengusung jargon untuk selalu BERBUAT, BERTINDAK, & BERSIKAP. Tak banyak yang dijanjikan selain ingin melangkah kedepan meretas jalan kehidupan, lewat bahasa yang dipunya. Berkat ketulusan dan keikhlasan KPJ telah menggelar berbagai kegiatan pentas music, & menetaskan album rekaman. Saat ini KPJ ada dimana-mana. Hampir di seluruh kota besar di INDONESIA, berdirinya KPJ dengan AKSENTUASINYA. Sambutan Aris ditanggapi salah seorang tokoh KPJ dengan mendendangkan tembang "Kembang Pete" dari Iwan Fals. Para penyanyi jalanan tampak ikut berdendang bersama saat nyanyian tiba pada syair "Semoga hidup kita bahagia, semoga hidup kita sejahtera." Sebelum berdendang mereka sempat menyindir peran pemerintah dalam menyejahterakan kaum pinggiran. Acara perayaan HUT ke 30 KPJ ini dihadiri oleh ratusan penyanyi dan anak jalanan. Jumlah mereka semakin besar karena kehadiran anggota Oi, komunitas penggemar Iwan Fals, Slankers, komunitas penggemar grup band Slank, dan Passer komunitas penggemar PassBand. pada peringatan HUT KPJ Pagi hari ini, pun memiliki harapan agar KPJ Sukabumi dapat senantiasa menjadi rumah yang ramah, nyaman, dan dinamis bagi para penyanyi jalanan. Konsistensi itu di pandang sebagai sebuah kebutuhan yang harus selalu dijaga agar KPJ Sukabumi dapat terjaga keberadaannya sampai kapan pun. Pada saat yang sama, konsistensi ini pun diyakini akan membuat KPJ Sukabumi selalu mampu menyediakan banyak ruang untuk berkreasi bagi seluruh anggotanya. Ruang-ruang inilah yang diyakini akan memberikan manfaat besar bagi seluruh anggota KPJ Sukabumi. KPJ memiliki potensi yang luar biasa besar untuk menghimpun setiap potensi dari para anggota KPJ Sukabumi. Tak sekedar menghimpun tentunya, tetapi juga mengembangkan potensi-potensi tersebut, sehingga suatu saat nanti potensi itu akan membukakan jalan sukses bagi anggota KPJ. keluarga besar KPJ telah merancang langkah langkah tersebut. upaya tersebut dapat ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Biografi Iwan Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir 3 September 1961 di Jakarta) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia. Lewat lagu-lagunya, Iwan menggambarkan suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti lagu Wakil Rakyat dan Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Lewat lagu-lagunya, ia memotret kehidupan dan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain. Iwan yang juga sempat aktif di kegiatan olahraga, pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasional 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate di kampusnya, STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olah raga. Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals. Hingga sekarang kantor cabang Oi dapat ditemui setiap penjuru Nusantara dan beberapa bahkan sampai ke mancanegara. Perjalanan Hidup Masa kecil Iwan Fals dihabiskan di Bandung, kemudian ikut saudaranya di Jeddah, Arab Saudi selama 8 bulan. Bakat musiknya makin terasah ketika ia berusia 13 tahun, di mana Iwan banyak menghabiskan waktunya dengan mengamen di Bandung. Bermain gitar dilakukannya sejak masih muda bahkan ia mengamen untuk melatih kemampuannya bergitar dan mencipta lagu. Ketika di SMP, Iwan menjadi gitaris dalama paduan suara sekolah. Selanjutnya, datang ajakan untuk mengadu nasib di Jakarta dari seorang produser. Ia lalu menjual sepeda motornya untuk biaya membuat master. Iwan rekaman album pertama bersama rekan-rekannya, Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul. Tapi album tersebut gagal di pasaran dan Iwan kembali menjalani profesi sebagai pengamen. Setelah dapat juara di festival musik country, Iwan ikut festival lagu humor. Arwah Setiawan (almarhum), lagu-lagu humor milik Iwan sempat direkam bersama Pepeng, Krisna, Nana Krip dan diproduksi oleh ABC Records. Tapi juga gagal dan hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan bekerja sama dengan Musica Studio. Sebelum ke Musica, Iwan sudah rekaman sekitar 4-5 album. Di Musica, barulah lagu-lagu Iwan digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani oleh Willy Soemantri. Iwan tetap menjalani profesinya sebagai pengamen. Ia mengamen dengan mendatangi rumah ke rumah, kadang di Pasar Kaget atau Blok M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Waktu siaran acara Manasuka Siaran Niaga di TVRI, lagu Oemar Bakri sempat ditayangkan di TVRI. Ketika anak kedua Iwan, Cikal lahir tahun 1985, kegiatan mengamen langsung dihentikan. Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya yang kritis. Saat bergabung dengan kelompok SWAMI dan merilis album bertajuk SWAMI pada 1989, nama Iwan semakin meroket dengan mencetak hits Bento dan Bongkar yang sangat fenomenal. Perjalanan karir Iwan Fals terus menanjak ketika dia bergabung dengan Kantata Takwa pada 1990 yang di dukung penuh oleh pengusaha Setiawan Djodi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia. Keluarga Iwan lahir di Jakarta pada 3 September 1961 dari pasangan Haryoso (ayah)(almarhum) dan Lies (ibu). Iwan menikahi Rosanna (Mbak Yos) dan mempunyai anak Galang Rambu Anarki (almarhum), Annisa Cikal Rambu Basae, dan Rayya Rambu Robbani. Galang mengikuti jejak ayahnya terjun di bidang musik. Walaupun demikian, musik yang ia bawakan berbeda dengan yang telah menjadi trade mark ayahnya. Galang kemudian menjadi gitaris kelompok Bunga dan sempat merilis satu album perdana menjelang kematiannya. Nama Galang juga dijadikan salah satu lagu Iwan, berjudul Galang Rambu Anarki pada album Opini , yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1981 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1981). Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Galang Rambu Anarki meninggal pada bulan April 1997 secara mendadak yang membuat aktifitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung Bogor Jawa Barat sekitar satu jam perjalanan dari Jakarta. Sepeninggal Galang, Iwan sering menyibukkan diri dengan melukis dan berlatih bela diri. Pada tahun 2002 Iwan mulai aktif lagi membuat album setelah sekian lama menyendiri dengan munculnya album Suara Hati yang di dalamnya terdapat lagu Hadapi Saja yang bercerita tentang kematian Galang Rambu Anarki. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya. Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang dinamakan Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan sebutan Oi. Yayasan ini mewadahi aktifitas para penggemar Iwan Fals.

Oi

Saya yakin sebagian besar “Oi” (penggemar bang iwan fals) sudah banyak yang tau soal ini,,apkah anda juga termasuk penggemar bang iwan? kalau iya berarti kita sama.. :D beberapa menit yang lalu teman di jejaring sosial facebook merekomendasikan artikel ini melalui halam penggemar milik saya, jadi saya sangat tertarik untuk sharing tentang Filosofi dan Sejarah logo “Oi” Iwan Fals di kompasiana ini :D ya walaupun mungkin sudah ketinggalan, dan ini bukan murni tulisan atou info langsng dari saya, tapi bang iwan ini adalah orang top yang memang top.. hehe.. sudah sepantasnya saya sebagai penggemarnya juga ikut andil membagi info kepada rekan -rekan yang mungkin belum tau ataupun sedikit mengulas dan bernostalgia mengenai Sejarah dan Filosofi Singkat Logo “”Oi” Iwan Fals.. dan berikut ini adalah filosofi dan sejarah logo “Oi” yang saya dapat dari teman saya tersebut. Lomba Desain Logo Oi yang diselenggarakan oleh Yayasan Orang Indonesia (YOI) diikuti ratusan peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 dari seluruh Indonesia di halaman belakang rumah Iwan Fals sendiri. Setiap peserta maksimal membawa 2 buah karya logo Oi. Dalam Lomba Desain Logo Oi terpilih 2 Logo Oi karya HiO Ariyanto dari Bento House Solo sebagai Juara I dan II. Penentuan pemenang Lomba Logo Oi sebagai Juara I dan II ditentukan oleh para peserta Peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999 melalui polling dan pemilihan oleh semua peserta Silaturahmi Nasional Oi 1999. Logo Oi karya HiO Ariyanto yang mendapat Juara I, mulai 16 Agustus 1999 (bertepatan dengan Hari Jadi Oi) dipergunakan sebagai logo resmi Organisasi Penggemar Iwan Fals atau biasa disebut Oi . Lambang (logo) organisasi Oi berupa gambar siluet berbentuk menyerupai huruf ” i ” (kecil) tegak melebar berwarna hitam dengan titik berwarna merah darah di atasnya menyatu dengan huruf ” O ” berwarna putih dalam posisi miring ke kanan. 1. Bentuk huruf ” O ” berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf ” i ” (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap. 2. “Titik” bulat di atas huruf ” i ” (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu. Bagus yah filosofi logonya ? tapi kenapa kalo konser suka pada berantem yah ? :D

SUMPAH PEMUDA

Sumpah pemuda adalah hari bersejarah menjadi titik awal kebangkitan para pemuda Indonesia saat itu dengan mengikrarkan suatu pembaharuan besar dalam jiwa akan nasionalisme disaat negeri ini menjadi boneka-boneka permainan penjajah. Suatu kesadaran yang menjadi motivator pergerakan para pemuda dan menjadi modernisator pergerakan saat itu sehingga membangkitkan rasa persatuan yang tidak terbendung dan merasuk di dalam sanubari setiap insan. Bagaimanakah engkau saat ini Indonesiaku? Sumpah pemuda saat itu muncul bersumber dari jiwa nasionalisme terhadap jajahan bangsa lain. Saat ini kita merealisasikan jiwa kepemudan ini dalam bentuk yang sangat banyak, karena penjajah-penjajah kita saat ini adalah diri kita, kita tidak dapat menempatkan diri kita sebagai suatu warga negara, kita yang membangun negara kita, tetapi kita juga yang merusaknya.Kemana keindonesiaan kita tempatkan?Rasa cinta akan tanah air kita menjadi sesuatu yang abstrak. Penjajah-penjajah kita saat ini selain diri kita sendiri masih bisa kita lihat dai beberapa aspek dimulai dari ideologi,politik,ekonomi, sosial,budaya,serta hankam.Kita sebagai pemuda-pemuda generasi penerus mereka yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kita, harus bangkit dan maju membangun negeri ini.Kita jadi pemuda menjadi orang-orang yang visioner dan motor-motor penggerak perubahan bagi negeri ini. Semangat persatuan, nasionalisme, tentunya mnjadi landasan utama. Kita generasi penerus harus menjadi garda terdepan dari segala ancaman, hambatan, gangguan terhadap identitas, harga diri bangsa dan keutuhan negara. Berdiri setara di dalam keberagaman bangsa ini, berpikir positif dan tidak sempit, serta menghargai sesama, serta menyatukan potensi perbedaan menjadi satu kekuatan besar membangun negara ini adalah hal yang sangat penting bilamana kita bersumpah menyatukan jiwa,dan raga kepemudaan. Pemuda harus menjadi pelopor kebangkitan bangsa.

DesignTemplate By : KBG KolomBlogGRATIS.blogspot.com